Kisah Kasih


Jaewoo

Kisah ini tentang diriku, Kim Jungwoo dan seseorang yang amat aku cintai, Jung Jaehyun. Perkenalan kami terjadi secara tidak sengaja, saat itu aku bertemu dengannya di asrama sekolah. Ia terlihat kebingungan mencari dimana letak ruang pengurus asrama. Sebagai penghuni lama, tentu aku harus membantunya. Membantu sesama manusia itu baik bukan?

Aku mengantarnya kesana dan menunggu hingga ia selesai dengan urusannya. Saat ia muncul dari balik pintu itu, wajahnya terlihat sangat ceria. Sejak saat itulah kami saling mengenal.

Jung Jaehyun, nama yang indah sama seperti parasnya. Aku pikir, itu adalah kali pertama dan terakhir aku bertemu dengannya, namun ternyata tidak.

Keesokan harinya kami bertemu kembali. Kali ini kami tidak bertemu di lorong, tapi kami bertemu di kamar asrama. Ya, dia teman sekamarku. Betapa bahagianya kami dapat bertemu kembali.

Jaehyun berumur satu tahun lebih tua dariku, namun ia berada di tingkat yang sama denganku. Ia bilang kalau dulu sempat putus sekolah karna masalah keluarga.

Hari-hari berikutnya ku jalani dengan Jaehyun. Dia orang yang baik dan menarik, ditambah dengan wajahnya yang rupawan tentu menjadi daya pikat untuk semua orang yang menatapnya. Ia sangat dipuja oleh satu sekolah!

Semakin lama aku bersamanya, semakin aku jatuh hati padanya. Aku tau perasaan ini salah, tak seharusnya aku berbuat sesuatu diluar norma masyarakat. Tapi dia sangat menarik, masa bodoh dengan norma masyarakat, aku akan tetap jatuh hati padanya.

Semua hal yang ia lakukan dan apapun yang menyangkut dirinya membuat diriku bahagia. Bahkan jika aku harus berdiam diri sendirian di asrama, aku tetap bahagia jika aku memikirkan dirinya. Entah kekuatan apa yang ia pakai, semua tentangnya tidak bisa lepas dari pikiranku.

Satu tahun berlalu, ia menyatakan perasaannya padaku di depan teman-teman kami! Saat itu aku merasa malu tapi aku juga sangat bahagia. Bagaimana aku tak malu? Dia bernyanyi lagu romantis di depan teman-teman kami dan mereka semua bersorak mendukung Jaehyun.

Jaewoo confess

Setelah lagu itu selesai, ia memberi bunga mawar untukku. Masih teringat di benakku ia berkata

'Kalau kau menerimaku, ambil bunga mawar ini, jika tidak maka abaikan saja bunga mawar ini'

Aku mengambilnya dan tentu saja meletakkan bunga cantik itu di depan dadaku sebagai pertanda bahwa aku menerimanya sebagai kekasihku.

Jaewoo mawar

Menurutku, tidak terlalu banyak yang berubah ketika kami sudah menjadi sepasang kekasih. Hanya berbeda di status dan intensitas kebersamaan kami. Biasanya saat sedang sekolah kami tidak selalu bersama, namun di asrama kami selalu berdua karna kami memang berbagi kamar di asrama. Setelah kami resmi menjadi sepasang kekasih, kami lebih sering bertemu ketika sekolah sedang berlangsung.

Berkat kehadiran dirinya aku semakin bersemangat menjalani kehidupan tingkat akhir yang sangat menguras kesehatan mentalku. Belum lagi aku harus memikirkan universitas mana yang akan aku tuju setelah lulus dari sekolah ini.

Waktu berlalu begitu cepat, kami telah resmi melepas seragam putih abu-abu kami. Saat itu aku berhasil mendapat beasiswa penuh di Amerika dan Jaehyun berhasil mendapat beasiswa di Eropa. Dengan ini kami harus menjalankan hubungan jarak jauh antara Amerika dan Eropa. Perbedaan waktu akan menjadi penghalang bagi kami kedepannya. Tapi kami berdua yakin kalau kami akan dapat melewati semuanya dengan baik.

Bulan berganti musim, hubungan kami semakin renggang. Kami terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Kehidupan kuliah kami sangat padat, susah mencari waktu yang tepat untuk sekedar bertegur sapa. Kami masih menjalankan hubungan itu, meski tanpa komunikasi yang intens. Pada mulanya terasa berat karna tidak ada komunikasi intens antara kami, namun lama kelamaan hal itu menjadi hal biasa bagi kami.

Hingga suatu hari setelah 2 tahun berlalu, Jaehyun datang menemuiku ke Amerika. Aku sangat senang mendengar hal ini. Kekasihku, orang yang selama ini aku rindukan akhirnya dapat bertemu kembali denganku setelah 2 tahun lamanya.

Kebahagiaan itu berubah menjadi kesedihan. Ia meminta untuk mengakhiri hubungan kami.

'Jungwoo, maaf. Aku merasa kita tak bisa menjalani hubungan ini lagi. Hubungan kita semakin renggang, komunikasi kita kurang, aku takut hubungan kita semakin lama makin tak sehat' ucapnya kala itu

Aku mempertanyakan semua ucapannya itu. Jika memang ini karna komunikasi, semua bisa dibicarakan baik-baik. Aku yakin ada hal baik yang akan menyelamatkan hubunganku, namun nyatanya tidak sampai dia mengatakan alasan yang sebenarnya bahwa dia sudah tidak mencintaiku.

'Maaf woo aku tak mencintaimu lagi, aku mencintai seseorang disana. Maafkan aku yang tak bisa menjaga perasaanku padamu'

Sakit rasanya mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya. Tapi aku bisa apa? Dia yang mengatur hati dan perasaannya, jika memang rasa itu sudah tak ada disana memang seharusnya semua diakhiri sampai disini.

'Oke. Jika memang hubungan kita berakhir disini, mari kita akhiri. Kita akhiri ini dengan baik-baik, ku harap persaudaraan kita masih terjaga. Jangan sungkan menghubungiku kalau kau butuh bantuanku. Terima kasih 3 tahunnya Jung Jaehyun' ucapku padanya

'3 tahun yang sangat berharga untukku woo. Kehadiranmu membuat hidupku berwarna, tapi maaf aku menggantikan posisimu dengan orang lain. Maafkan aku, Kim Jungwoo' jelasnya padaku

Mudah memaafkan apa yang dia lakukan padaku, tapi sulit untuk melupakan kenangan yang telah kami lalui selama ini, sulit untuk melupakan memori bahwa ia telah menyakiti perasaanku.

Diriku hancur, beberapa bulan setelahnya aku menjalani kehidupan dengan berantakan. Alam bawah sadarku masih tak terima dengan berakhirnya hubungan kami. Beruntungnya aku memiliki teman yang membantuku melewati masa sulit ini.

Aku menjalani hidupku dengan perasaan yang sama, masih mencintai Jaehyun. Sampai tiba waktunya aku mendapatkan gelar, aku masih mencintainya. Sangat mencintainya meski disana ia mungkin tak memikirkanku lagi meski hanya sedetik saja.


Hari kelulusanku tiba, aku dan teman-teman resmi menjadi seorang sarjana. Kami menghabiskan waktu untuk berpesta di rumahku. Hanya pesta kecil, dengan makanan, minuman dan permainan yang asik untuk dimainkan bersama.

Truth or Dare permainan pertama kami. Jika botol berhenti tepat dihadapanmu, maka kau harus memilih untuk menjawab pertanyaan atau menjalankan tantangan.

Saat itu botol sering berhenti dihadapanku. Aku bukan orang suka menerima tantangan jadi aku lebih memilih untuk menjawab pertanyaan dari mereka. Pertanyaan yang mereka ajukan sangat menjebak, mereka hanya menanyakan tentang hubunganku dengan mantan kekasihku itu. Misalnya seperti

Apa momen yang paling tidak terlupakan

Bagiku semua momen bersamanya adalah sebuah kenangan yang tak terlupakan. Bagaimana kami menghabiskan banyak waktu bersama dan memberi banyak memori indah. Jika harus memilih, aku akan memilih momen ketika kami menjadi roommate. Berkat ini diriku dapat mengenalnya jauh lebih baik.

Satu hal yang membuatmu mengingat dirinya

Banyak hal yang membuatku teringat akan dirinya. Tapi satu yang paling ku ingat adalah piano music box. Dulu saat aku sulit untuk memejamkan mata, dia akan memutar music box itu. Benda kecil itu selalu dapat membantuku, dan sekarang benda itu ada bersamaku. Dulu setelah kelulusan kami, Jaehyun memberi music box itu padaku karna dia tau aku tak bisa tidur tanpa alunan indah music box itu.

Hal yang paling sering kalian lakukan bersamanya

Tentu saja makan! Jaehyun dan aku memiliki kesamaan, kami suka makan! Bahkan tengah malam pun ketika lapar, dia akan membangunkanku untuk menemaninya makan.

Apa hal termanis yang pernah ia katakan padamu

Dia pernah berkata bahwa setiap aku melihatmu, aku merasa seperti berada di rumah'. Ya, baginya saat itu aku adalah rumah. Tempat dimana ia kembali setelah beraktivitas di luar. Namun sekarang aku bukanlah rumah baginya, ia telah menemukan rumah baru yang lebih nyaman.

Apa yang membuat kalian berpisah?

Dia tidak mencintaiku lagi.

Apa kau merindukannya?

Sangat. Aku sangat merindukannya. Aku sudah berusaha sekeras mungkin untuk melupakannya namun ternyata sulit. Setelah ini aku akan berusaha lebih keras lagi untuk melupakannya karna aku tak ingin menyakiti diriku sendiri karna memikirkan dirinya saat ini hanya membuat diriku lebih sakit.

Kalau kau rindu mengapa tak mencoba untuk kembali dengannya?

Tidak. Serindu dan secinta apapun diriku padanya aku tak akan pernah ingin kembali dengannya. Ia telah menoreh luka di hatiku, sangat dalam dan sulit untuk mengobatinya. Lagipula dia sudah tidak mencintaiku, tak ada alasan lagi bagi kami untuk terus bersama. Dunia terus berputar, aku akan segera melupakannya.

Bagaimana jika ia datang dan mengatakan bahwa ia masih mencintaimu?

Tak akan pernah terjadi. Aku yakin itu.

Suara langkah kaki mendekat ke arah kami yang sedang bermain. Jaehyun, dia mendengar semua perbincangan kami selama bermain truth or dare.

'Jungwoo'

Aku terkejut dengan kedatangannya itu. Dia tak memberitahuku apapun tentang kedatangannya, bahkan hanya sekedar memberi pesan singkat pun tidak. Tapi nyatanya dia ada di depanku.

'Duduklah Jae'

'Jungwoo, aku datang dari jauh untuk meminta maaf. Beberapa tahun lalu aku meninggalkanmu dan aku sangat menyesali itu'

'Lalu?'

'Aku ingin kita kembali bersama'

'Aku tidak'

'Kenapa? Sejak tadi aku melihat kalian bermain dan mendengar semua ucapanmu. Kau merindukanku, kau masih mencintaiku, semua tentang kita masih tersusun rapih dalam pikiranmu—'

'Kalau begitu kau pasti mendengar bahwa kau telah menyakitiku. Kau telah menorehkan luka di hatiku, Jung Jaehyun. Bekas luka itu akan tetap ada sampai kapanpun dan aku tak ingin menambah luka itu. Kisah tentang kita telah selesai, tak ada yang perlu diulang'

Sejak saat itu aku memutuskan untuk berhenti berhubungan dengan dia untuk sementara waktu karna aku benar-benar ingin melupakannya. Suatu saat jika aku siap maka aku akan menjalin hubungan baik lagi dengan dirinya.

Itulah kisah tentang diriku dan orang yang sangat aku cintai. Sampai saat ini ketika aku bercerita kepada kalian, aku masih belum menjalin pertemanan lagi dengan dirinya. Perasaan takut itu masih ada, masih sangat takut untuk terluka. Entah sampai kapan aku akan seperti ini tapi aku akan terus berusaha.

. . . Fin.