Merry Christmas

table

“OM LIANNNN”

James melambaikan tangan ke arah pria tinggi yang baru menginjak kakinya di tempat mereka makan malam. Lian menyapa staff yang berada di pintu lalu menghampiri James.

“Kamu ga bilang ke saya kalau kamu sudah sampai?”

“Heheh biar surprise aku yang dateng duluan. Merry christmas om ganteng”

James sedikit berjinjit dan mencium pipi Lian.

“Merry christmas pretty bunny”

Lian mengusak rambut James lalu mencium kening James.

“Ihhhh om!! Rambut aku berantakan”

Lian tertawa kecil saat James mengerucutkan bibirnya.

Keduanya duduk di kursi masing-masing dan memesan makanan. Selagi menunggu makanan, mereka membahas tentang kado natal.

“Om Lian…”

“Ya bunny?”

“Om kan tau ya aku masih mahasiswa, belum punya pendapatan selain dari orang tua aku dan om, jadi aku cuma bisa kasih ini buat om”

James menyodorkan kotak kecil pada Lian sambil menundukkan kepala. Lian mengambil kotak itu tanpa ragu dan membukanya.

“Cincinnya bagus”

Ucapan Lian membuat James meluruskan badannya. Ada sedikit rasa gembira dalam hatinya.

“Om, itu cincin biasa, cincin murahan, bukan cincin yg harganya puluhan ratusan juta kayak yang om punya. Maaf ya om aku cuma bisa kasih itu…”

“Its okay bunny. Berapapun harganya saya menghargai pemberian kamu. Saya suka cincinnya. Ini… ada tulisannya?”

Lian memutar cincinnya ke segala arah untuk melihat tulisan di balik cincin.

“IYA ADA! Sini aku tunjukin”

James yang tadinya murung jadi bersemangat ingin menunjukkan tulisan yang ada di cincinnya. James memindahkan kursinya ke samping Lian.

James menyalakan senter ponselnya lalu menyorotnya ke arah cincin. Nampak tulisan 'Lian ❤︎ Jamie' di dalam cincin itu.

Seperti biasa Lian akan bereaksi “Dasar anak muda”

Tangan James mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya. Ia menunjukkan cincin yang sama persis dengan milik Lian.

“Kita punya cincin couple heheheheh. Punyaku ini tulisannya 'Jamie ❤︎ Lian'”

“Harusnya saya yang beli cincin couple untuk kita”

“Om plis gapapa ihhh masa om terus yang beliin. Walau ini murahan, yg penting kita punya barang yang sama”

“Iya oke. Ini saya pake ya”

“Om mau pake? Om ga malu pake cincin murahan gini? Aku pikir om bakal nyimpen cincin ini di kotaknya”

“Harus saya pakai biar orang lain tau saya ada yang punya”

Memang kurang ajar pria dewasa kaya raya yang satu ini. Ia berbicara demikian dengan nada datar tapi mampu memporak porandakan seisi hati James.

Saat Lian sedang memakai cincin, James menyadari ada yang berbeda dari jari Lian. Ia menggenggam tangan Lian, mendekatkan tangan Lian ke wajahnya.

“Om ini tangannya kenapa diplester? Om abis ngapain?”

“Bukan apa-apa”

“Ommmmmm! Jawab Jamie”

“Ga penting bunny. Kamu ga mau tau apa kado untuk kamu?”

“MAU!”

James mudah sekali teralihkan perhatiannya. Hanya dengan satu kalimat mampu membuat James melupakan jari Lian.

Lian mengisyaratkan sesuatu pada staff restoran. Dua staff datang membawa kotak berukuran besar dan buket bunga. Lian menghampiri kedua staff tersebut dan memberikan kotak dan bunga pada James.

Wajah James begitu bahagia melihat bunga kesukaannya, bunga mawar begitu besar di hadapannya.

“Makasih om bunganya cantik”

“Bunganya aja yang diperhatiin? Kadonya?”

“Hehehhh iyaaa aku mau kado. Apa isinya?”

“Buka kalau kamu mau tau”

Saat James membuka kotak jado, ia melihat dua benda di dalam sana. Satu berukuran kecil, satu berukuran besar dibalut dengan plastik bertuliskan 'Merry Christmas'.

James membuka plastik berukuran besar terlebih dahulu. Benda dalam plastik itu adalah jaket untuk musim dingin.

“Jaket?”

“Buka yang satu lagi bunny”

Wajah James nampak bingung saat ia membuka plastik berukuran kecil.

“Ini… kaos kaki ya om?”

“Kaus kaki rajut. Jaket winter dan kaus kaki rajut untuk kamu”

“Kenapa… kadonya ini om? Kan di Indo ga ada musim dingin”

“Saya beri ini untuk kamu untuk persiapan kita ke luar negeri. Kamu belum pernah ke luar negeri saat musim salju kan? Tahun depan saya mau ajak kamu liburan saat musim salju”

“Beneran om mau ajak aku natalan di luar negeri?” tanya James dengan mata berbinar.

“Iya bunny. Sebetulnya saya mau ajak kamu ke luar negeri tahun ini. Sayangnya jadwal saya banyak, saya belum sempat bawa kamu kesana. Saya beri ini dulu sebagai tanda janji saya bawa kamu ke luar negeri tahun depan”

“Bener ya awas kalo om boong! Btw om ini kaos kaki rajutannya bagus. Beli dimana?”

“Rajutan saya”

“Boong. Rajutannya rapih gini. Om kan ga bisa ngerajut”

Lian membuka ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto pada James.

“Om beneran ngerajut buat aku?? 🥺🥺🥺”

“Menurut kamu gimana?”

“Jangan-jangan jari om ini luka karna ngerajut?”

“Bukan masalah buat saya”

“Ih om tuh! Aku seneng dikasih ini, tapi aku juga sedih liat om jarinya luka demi ngerajut buat aku”

“Kamu jangan lebay. Saya ga kenapa-napa”

“Sini liat jarinya”

James menarik tangan Lian dan membuka plester pada jari Lian yang terlihat berantakan.

“Om plesterinnya berantakan banget. Ga estetik”

“Saya terburu-buru bunny”

“Tuh liat om lukanya banyak. Jangan maksain kayak gini lagi ommm”

“Saya mau lakuin sesuatu untuk kamu ga boleh?”

“Ya bolehhh, tapi jangan sampe luka begini. Kan aku khawatir liatnya. Sini aku sembuhin”

James mendekatkan jari Lian ke bibirnya, lalu mencium satu per satu jari Lian yang terluka.

“Biar cepet sembuh hehehe. Biasanya mama lakuin ini ke aku. —

“—Bentar dulu om tangannya mau aku kasih plester baru” ucap James saat Lian mau menarik tangannya dari genggaman James.

James membuka tas dan mengambil plester yang selalu ia bawa di dompetnya.

“Plester bergambar hehehehe. Gapapa kan om?”

“Iya terserah kamu saja. Kamu lakuin apapun ke jari saya terserah”

“Oke selesai. Om jadi lucu pake plester bergambar. Gapapa lah ya om. Om kan libur sampe tahun baru, nanti juga udah sembuh—”

“—Makasih om effort banget bikin ini buat aku sampe tangan om luka. Oh iya, tahun depan rencananya om mau berapa lama liburan sama aku di luar negeri?”

“Hmmmm belum saya pikirkan. Kamu mau berapa hari?”

“Seminggu boleh? Dari natal sampe tahun baru”

“Apa kamu yakin? Kamu ga rayain tahun baru sama orang tua kamu?”

“Ah iya… gimana ya? Aku juga mau rasain tahun baru di luar negeri main salju”

“Mau ajak orang tua kamu? Saya bisa bayarkan kalau kamu mau”

“HAH? Ajak ortu aku? Dibayarin om juga?”

“Iya kalau kamu mau saya bayar semua dari urusan passport sampai kita di sana”

“Ya kali om ajak orang tua aku. Mereka aja ga tau aku pacaran sama om yang jauh lebih tua dari aku”

“Jadi kamu maunya gimana?”

“Ummmm nanti aku pikirin dulu deh om.—”

“—Makanannya dateng yeayyyyy ayo kita makan”

James berjalan kembali ke tempat awal ia duduk dengan riang seperti anak kecil, Lian hanya bisa tersenyum melihatnya.

. . . . .

“Kita mau ngapain lagi om?”

“Kamu mau lakuin sesuatu sebelum hari natal ini habis?”

“Ga ada sih om…”

“Besok kamu ada kegiatan?”

James menggeleng kepala.

“Kalau begitu malam ini kamu tidur di rumah saya, temani saya”

“Okaayyy lets go ke rumah om”

Sepasang kekasih itu pun menghabiskan malam bersama.

Fin.