nununanaw

Lucas bergegas mencari toko kue dan kado untuk suami tercintanya. Ia merasa bodoh karna melupakan tanggal ulang tahun Jungwoo, 19 Februari.

Sepanjang belasan tahun mereka menikah, Lucas pernah beberapa kali lupa tanggal ulang tahun Jungwoo. Namun biasanya Jungwoo akan bersikap acuh saat Lucas melupakan ulang tahun Jungwoo, namun tahun ini mungkin karna bayi yang ada dalam perut Jungwoo, ia jadi lebih sensitif.

. . . . .

Saat Lucas sampai di rumah, Jungwoo sudah terlelap. Lucas memposisikan diri duduk di depan Jungwoo yang sedang tidur menyamping.

“Sayang” ucap Lucas sembari menepuk pelan tubuh Jungwoo.

“Hmmm”

“Buka dong matanya”

“Apa sih mas aku ngantuk”

“Happy birthday. Maaf aku lupa hari ini kamu ulang tahun…”

“Makasih”

Jungwoo masih menutup mata saat menjawab Lucas.

“Dek, papinya dedek masih ngambek ya?”

“Dek, bilangin ke papi, daddy minta maaf karna lupain ulang tahun papi”

“Dek, papi mau maafin daddy ga ya?”

Lucas terus bermonolog sembari mengusap lembut perut Jungwoo.

Lelah mendengar Lucas yang berbicara sendiri, Jungwoo pun bangun dari tidurnya dan duduk bersandar pada ranjang tempat tidur.

“Happy birthday sayang” ucap Lucas memberi buket bunga dan sepotong kue dengan lilin kecil yang baru saja ia nyalakan.

“Ayo tiup kuenya sayang. Kalo kelamaan nanti kuenya kena lilin”

Jungwoo memejamkan mata, membuat permohonan dan meniup lilin.

“Makasih ya mas. Maaf tadi aku sensitif banget”

“Aku yang harusnya minta maaf karna lupa hari ini ulang tahun kamu”

“Gapapa, biasanya kalo kamu lupa aku ga masalah kan. Kayaknya bawaan bayi aku jadi sedih kamu lupain ulang tahun aku…”

“Besok mau jalan-jalan ga? Anggep aja kado dari aku, sekalian nyenengin kamu dan bayi”

“Jalan-jalan? Besok kan masih weekdays? Kerjaan kamu gimana?”

“Gampang itu mah, kamu ga perlu pikirin kerjaan aku. Mau ga?”

“Anak-anak?”

“Ga ikut, mereka sekolah. Jalan-jalannya cuma ada aku, kamu, dan bayi”

“Tapi mas, nanti anak-anak—”

“Mereka udah gede sayang. Bisa jalan dan pulang sekolah sendiri, bisa jaga diri di rumah”

“Iya… Hmmm aku mau ke taman safari. Dedek bayinya mau liat binatang terutama panda! Mau foto sama bayi satwa di sana juga”

“Oke besok kita ke taman safari. Sekarang kamu tidur. Good night bayi”

Lucas mencium perut Jungwoo.

“Aku ga diucapin juga?”

“Bawaan bayi lagi?”

“Hmmm mungkin?”

“Good night sayang”

Lucas mencium singkat bibir Jungwoo.

“Night mas”

table

“OM LIANNNN”

James melambaikan tangan ke arah pria tinggi yang baru menginjak kakinya di tempat mereka makan malam. Lian menyapa staff yang berada di pintu lalu menghampiri James.

“Kamu ga bilang ke saya kalau kamu sudah sampai?”

“Heheh biar surprise aku yang dateng duluan. Merry christmas om ganteng”

James sedikit berjinjit dan mencium pipi Lian.

“Merry christmas pretty bunny”

Lian mengusak rambut James lalu mencium kening James.

“Ihhhh om!! Rambut aku berantakan”

Lian tertawa kecil saat James mengerucutkan bibirnya.

Keduanya duduk di kursi masing-masing dan memesan makanan. Selagi menunggu makanan, mereka membahas tentang kado natal.

“Om Lian…”

“Ya bunny?”

“Om kan tau ya aku masih mahasiswa, belum punya pendapatan selain dari orang tua aku dan om, jadi aku cuma bisa kasih ini buat om”

James menyodorkan kotak kecil pada Lian sambil menundukkan kepala. Lian mengambil kotak itu tanpa ragu dan membukanya.

“Cincinnya bagus”

Ucapan Lian membuat James meluruskan badannya. Ada sedikit rasa gembira dalam hatinya.

“Om, itu cincin biasa, cincin murahan, bukan cincin yg harganya puluhan ratusan juta kayak yang om punya. Maaf ya om aku cuma bisa kasih itu…”

“Its okay bunny. Berapapun harganya saya menghargai pemberian kamu. Saya suka cincinnya. Ini… ada tulisannya?”

Lian memutar cincinnya ke segala arah untuk melihat tulisan di balik cincin.

“IYA ADA! Sini aku tunjukin”

James yang tadinya murung jadi bersemangat ingin menunjukkan tulisan yang ada di cincinnya. James memindahkan kursinya ke samping Lian.

James menyalakan senter ponselnya lalu menyorotnya ke arah cincin. Nampak tulisan 'Lian ❤︎ Jamie' di dalam cincin itu.

Seperti biasa Lian akan bereaksi “Dasar anak muda”

Tangan James mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya. Ia menunjukkan cincin yang sama persis dengan milik Lian.

“Kita punya cincin couple heheheheh. Punyaku ini tulisannya 'Jamie ❤︎ Lian'”

“Harusnya saya yang beli cincin couple untuk kita”

“Om plis gapapa ihhh masa om terus yang beliin. Walau ini murahan, yg penting kita punya barang yang sama”

“Iya oke. Ini saya pake ya”

“Om mau pake? Om ga malu pake cincin murahan gini? Aku pikir om bakal nyimpen cincin ini di kotaknya”

“Harus saya pakai biar orang lain tau saya ada yang punya”

Memang kurang ajar pria dewasa kaya raya yang satu ini. Ia berbicara demikian dengan nada datar tapi mampu memporak porandakan seisi hati James.

Saat Lian sedang memakai cincin, James menyadari ada yang berbeda dari jari Lian. Ia menggenggam tangan Lian, mendekatkan tangan Lian ke wajahnya.

“Om ini tangannya kenapa diplester? Om abis ngapain?”

“Bukan apa-apa”

“Ommmmmm! Jawab Jamie”

“Ga penting bunny. Kamu ga mau tau apa kado untuk kamu?”

“MAU!”

James mudah sekali teralihkan perhatiannya. Hanya dengan satu kalimat mampu membuat James melupakan jari Lian.

Lian mengisyaratkan sesuatu pada staff restoran. Dua staff datang membawa kotak berukuran besar dan buket bunga. Lian menghampiri kedua staff tersebut dan memberikan kotak dan bunga pada James.

Wajah James begitu bahagia melihat bunga kesukaannya, bunga mawar begitu besar di hadapannya.

“Makasih om bunganya cantik”

“Bunganya aja yang diperhatiin? Kadonya?”

“Hehehhh iyaaa aku mau kado. Apa isinya?”

“Buka kalau kamu mau tau”

Saat James membuka kotak jado, ia melihat dua benda di dalam sana. Satu berukuran kecil, satu berukuran besar dibalut dengan plastik bertuliskan 'Merry Christmas'.

James membuka plastik berukuran besar terlebih dahulu. Benda dalam plastik itu adalah jaket untuk musim dingin.

“Jaket?”

“Buka yang satu lagi bunny”

Wajah James nampak bingung saat ia membuka plastik berukuran kecil.

“Ini… kaos kaki ya om?”

“Kaus kaki rajut. Jaket winter dan kaus kaki rajut untuk kamu”

“Kenapa… kadonya ini om? Kan di Indo ga ada musim dingin”

“Saya beri ini untuk kamu untuk persiapan kita ke luar negeri. Kamu belum pernah ke luar negeri saat musim salju kan? Tahun depan saya mau ajak kamu liburan saat musim salju”

“Beneran om mau ajak aku natalan di luar negeri?” tanya James dengan mata berbinar.

“Iya bunny. Sebetulnya saya mau ajak kamu ke luar negeri tahun ini. Sayangnya jadwal saya banyak, saya belum sempat bawa kamu kesana. Saya beri ini dulu sebagai tanda janji saya bawa kamu ke luar negeri tahun depan”

“Bener ya awas kalo om boong! Btw om ini kaos kaki rajutannya bagus. Beli dimana?”

“Rajutan saya”

“Boong. Rajutannya rapih gini. Om kan ga bisa ngerajut”

Lian membuka ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto pada James.

“Om beneran ngerajut buat aku?? 🥺🥺🥺”

“Menurut kamu gimana?”

“Jangan-jangan jari om ini luka karna ngerajut?”

“Bukan masalah buat saya”

“Ih om tuh! Aku seneng dikasih ini, tapi aku juga sedih liat om jarinya luka demi ngerajut buat aku”

“Kamu jangan lebay. Saya ga kenapa-napa”

“Sini liat jarinya”

James menarik tangan Lian dan membuka plester pada jari Lian yang terlihat berantakan.

“Om plesterinnya berantakan banget. Ga estetik”

“Saya terburu-buru bunny”

“Tuh liat om lukanya banyak. Jangan maksain kayak gini lagi ommm”

“Saya mau lakuin sesuatu untuk kamu ga boleh?”

“Ya bolehhh, tapi jangan sampe luka begini. Kan aku khawatir liatnya. Sini aku sembuhin”

James mendekatkan jari Lian ke bibirnya, lalu mencium satu per satu jari Lian yang terluka.

“Biar cepet sembuh hehehe. Biasanya mama lakuin ini ke aku. —

“—Bentar dulu om tangannya mau aku kasih plester baru” ucap James saat Lian mau menarik tangannya dari genggaman James.

James membuka tas dan mengambil plester yang selalu ia bawa di dompetnya.

“Plester bergambar hehehehe. Gapapa kan om?”

“Iya terserah kamu saja. Kamu lakuin apapun ke jari saya terserah”

“Oke selesai. Om jadi lucu pake plester bergambar. Gapapa lah ya om. Om kan libur sampe tahun baru, nanti juga udah sembuh—”

“—Makasih om effort banget bikin ini buat aku sampe tangan om luka. Oh iya, tahun depan rencananya om mau berapa lama liburan sama aku di luar negeri?”

“Hmmmm belum saya pikirkan. Kamu mau berapa hari?”

“Seminggu boleh? Dari natal sampe tahun baru”

“Apa kamu yakin? Kamu ga rayain tahun baru sama orang tua kamu?”

“Ah iya… gimana ya? Aku juga mau rasain tahun baru di luar negeri main salju”

“Mau ajak orang tua kamu? Saya bisa bayarkan kalau kamu mau”

“HAH? Ajak ortu aku? Dibayarin om juga?”

“Iya kalau kamu mau saya bayar semua dari urusan passport sampai kita di sana”

“Ya kali om ajak orang tua aku. Mereka aja ga tau aku pacaran sama om yang jauh lebih tua dari aku”

“Jadi kamu maunya gimana?”

“Ummmm nanti aku pikirin dulu deh om.—”

“—Makanannya dateng yeayyyyy ayo kita makan”

James berjalan kembali ke tempat awal ia duduk dengan riang seperti anak kecil, Lian hanya bisa tersenyum melihatnya.

. . . . .

“Kita mau ngapain lagi om?”

“Kamu mau lakuin sesuatu sebelum hari natal ini habis?”

“Ga ada sih om…”

“Besok kamu ada kegiatan?”

James menggeleng kepala.

“Kalau begitu malam ini kamu tidur di rumah saya, temani saya”

“Okaayyy lets go ke rumah om”

Sepasang kekasih itu pun menghabiskan malam bersama.

Fin.

NOTE: Sion anaknya nomin – Sion manggil nomin daddy-dadda – Sion manggil luwoo dado-pipo – Sion manggil sungchan jihan uncle aunty

Sudah satu jam Jeno dan Jaemin di rumah orang tua mereka, Lucas dan Jungwoo. Awalnya mereka datang hanya untuk menitipkan Sion, lalu pergi. Namun ternyata disinilah mereka, selama satu jam Jeno menceritakan bagaimana kondisi bubu dan daddynya.

“Maaf ya dad, pi, kita jadi ngerepotin”

“Gapapa papi seneng banget malah ada Sion disini. Sini sayang sama pipo”

Jungwoo memberi isyarat agar Sion yang sedang dalam gendongan Jaemin berpindah ke dirinya. Anak berusia satu tahun itu menurut, kedua tangannya terbuka menyambut tangan pipo-nya.

“Sama dado aja Sion…” bujuk Lucas yang cemburu cucunya lebih memilih Jungwoo dibanding dirinya.

“Biarin sih mas, orang anaknya mau sama aku”

Lucas terus membujuk Sion agar mau berpindah ke dalam gendongannya. Apa daya anak kecil lebih menyukai Jungwoo daripada Lucas.

Jaemin yang melihat pemandangan itu merasa anaknya akan baik-baik saja selama ia dan Jeno meninggalkan Sion.

“Pi Jeno ga tau berapa lama nitipin Sion. Kalo Sion ga betah langsung telpon Jaemin atau Jeno ya pi” ucap Jeno

“Sion suka kan ya di rumah pipo? Bobo sama dado dan pipo disini gapapa kan?” alih-alih menjawab perkataan Jeno, Jungwoo malah berbicara dengan cucu semata wayangnya.

“Papapah (gapapa)”

“Tuh denger anaknya bilang gapapa. Udah sana kalian urus Taeyong sama Jaehyun, kasian pada sakit” ucap Lucas memberi gestur agar anak-anaknya segera pergi.

“Kok ngusir gitu sih mas?”

“Ga ngusir sayang, aku cuma mau yang terbaik buat besan kita, biar cepet sembuh”

“Udah udah, papi, daddy, Jaemin sama Jeno mau pamit. Sion, dadda pergi dulu ya? Jangan nakal oke? Nurut apa kata dado, pipo, uncle dan aunty”

“Eum!” Sion menjawab Jaemin seolah ia mengerti semua yang diucapkan dadda-nya

Jeno dan Jaemin memeluk mencium Sion secara bergantian sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan Sion di rumah orang tuanya.

Sementara itu Lucas dan Jungwoo berada di ambang pintu bersama Sion yang masih dalam gendongan Jungwoo, melihat ke arah Jeno dan Jaemin yang sudah berada di dalam mobil.

“Dadah dulu ke daddy dan dadda”

Jungwoo memperagakan pada Sion, melambaikan tangan pada Jeno dan Jaemin yang berada dalam mobil.

“Dadah dadaaaa dyyyyy”

Usai mobil Jeno dan Jaemin tak nampak dari pandangan, Lucas dan Jungwoo mengunci pintu lalu pergi ke kamar mereka.

Beruntung Jeno dan Jaemin membawa Sion di tengah malam, Lucas dan Jungwoo jadi bisa membawa Sion tidur di kamar mereka. Jika Sungchan dan Jihan tau keponakannya ada di rumah, pasti Sion sudah menjadi rebutan.

Posisi mereka saat ini Jungwoo di bagian kanan kasur, Lucas di bagian kiri, dan Sion di tengah. Jungwoo berbaring menghadap Sion dan menepuk-nepuk lembut agar cucunya itu terlelap.

“Sion kok masih belum bobo? Pipo kurang ya puk-puknya?”

Sion menjawab pertanyaan Jungwoo dengan gelengan kepala.

“Peyuk pipo”

Mendengar perkataan Sion membuat Jungwoo menghela nafasnya. Ia jadi teringat masa kecil Jaemin. Sion persis seperti dadda-nya, tidak bisa tidur jika tidak dipeluk. Lucas yang mendengar juga menoleh ke arah Sion yang sudah berada dalam pelukan Jungwoo.

“Ini anak duplikat dadda-nya banget ya yang. Jaemin ga bisa tidur kalo ga dipeluk kamu”

“Waktu cepet banget berlalu ya mas? Perasaan baru kemarin kita nikah dan ngerencanain punya dua anak. Perasaan baru kemarin aku ngelahirin Jaemin, Sungchan, trus ternyata kita kebobolan adek, dan sekarang satu dari mereka udah punya anak…—”

“—Sebentar lagi mungkin Sungchan bakal nikah, adek nikah, tinggal kita berdua disini”

“Bagus dong kita balik ke jaman pacaran yg cuma berdua tanpa ada yang ngintilin. Kita bisa puas ngelakuin apapun di rumah”

“Tapi rumah jadi sepi”

“Kita bikin lagi aja yang. Biar rame tangisan anak kecil lagi di rumah ini”

“Mas aku tuh lagi mellow. Kamu malah begitu ih naik lagi air mataku”

“Kamu mellow nanti aku yang pusing. Mending happy happy ada Sion disini. Mau aku peluk juga kayak Sion?”

“Ga perlu, nanti Sionnya engap. Jauh-jauh kamu tidurnya, nanti Sion ketiban, badan kamu gede”

. . . . . . . . . .

“Pagiiii. Coba liat daddy bawa siapa” ucap Lucas saat datang ke meja makan. Disana ada Jungwoo yang sedang menyiapkan makanan, Jihan yang membantu Jungwoo, dan Sungchan yang sedang duduk manis.

“AAAAAAAAAAA ADA PONAKAN AUNTY YANG GEMEECCCCC”

“Nttiiiiiiii”

Begitu melihat Sion, Jihan langsung mencuci tangannya lalu ia mendekati Lucas yang menggendong Sion. Anak kecil itu langsung membuka tangannya, menyodorkan diri untuk digendong aunty-nya.

“Sion kangen aunty yaaaaa langsung minta digendong? Abang tolong ambilin kursi makannya Sion”

Sungchan mengambil kursi makan bayi, ia meletakkan kursi makan di antara tempat duduknya dan Jihan.

Pagi itu suasana sarapan Lucas, Jungwoo, Sungchan dan Jihan lebih berwarna berkat kehadiran si kecil Sion. Biasanya mereka sarapan harus diam, selesai makan baru boleh berbicara. Namun kali ini berbeda, karna kehadiran Sion, Jihan dan Sungchan yang berada diantara Sion jadi banyak berbicara saat makan.

. . .

“Dadah jagoan, uncle mau kerja dulu. Nanti uncle pulang kerja kita main ya? Sion mau kan main sama uncle?”

“Eum! mbil bum bum (mobil brum brum)”

“Oke nanti kita main mobil-mobilan. Sion jangan nakal ya kasian pipo”

“Eum!”

“Abis main bobonya sama aunty”

“Mau ma pipo!”

“Sion ga mau bobo sama aunty? Maunya sama pipo? :(”

“Nanti malem kita gelar kasur di ruang tamu aja biar semuanya tidur bareng”

“Yes. Dadah Sion, aunty mau pergi dulu~”

“Dadaaahhh”

. . .

“Loh mas kok kamu ga ke kantor?”

“Biarin lah jarang-jarang Sion disini. Lagian kerjaanku bisa di-remote dari rumah”

“Yaudah kamu ajak main terus Sionnya. Kalo dia mau susu bikinin aja, kaleng susunya ada di atas dispenser. Aku mau bebenah dulu”

“Oke yang

Jungwoo pergi membersihkan bekas sarapan, lalu membersihkan seisi rumah. Sedangkan Lucas asik bermain dengan cucu semata wayangnya, bermain dengan mobil-mobilan, puzzle, sepeda, dan banyak mainan lain.

Saat bermain dengan Sion, Lucas diam-diam terlelap. Sion yang awalnya bermain sendiri lama kelamaan merasa bosan.

“Hiks”

Anak kecil itu mulai menangis, keheningan rumah saat itu membuat ia merindukan dadda-nya.

“Dadda… hiks dadda…”

Tangisan Sion semakin lama semakin kencang. Lucas yang sedang tidur sampai terbangun mendengar tangisan Sion. Jungwoo pun demikian, ia terkejut mendengar suara tangis dari ruang tamu.

“Mas, Sion kenapa nangis?”

“Manggil-manggil dadda-nya terus daritadi. Kayaknya kangen”

“Kamu tuh gimana sih bukannya diperhatiin Sionnya biar ga inget Jaemin Jeno malah dibuat nangis. Didiemin dong mas”

“Gimana?”

“Diapain kek kamu kayak ga pernah megang anak kecil aja deh mas. Punya anak tiga masih aja nanya”

Jungwoo kembali melakukan aktivitasnya, meninggalkan Lucas dengan Sion yang masih menangis.

“Cup cup cup cucunya dado yang ganteng ga boleh nangis nanti jadi jelek”

“HUAAAAAA DADDAAAAA”

“Aduhhh dado salah ngomong ya Sion? Main pesawat-pesawatan mau?”

Lucas berdiri, mengangkat tubuh mungil Sion ke udara seolah sedang terbang. Lucas berjalan ke segala arah, memeragakan segala jenis pesawat beserta sound effectnya, tapi tetap tidak meredakan tangisan Sion.

“Sayang ini gimana Sionnya masih nangis”

“Mas setel cocomelon deh, nanti Sion berhenti nangisnya”

“Apa yang?”

“Co-co-me-lon. Lagu anak-anak gitu, cari di youtube”

Lucas menyalakan TV, ia langsung mencari 'cocomelon' seperti yang Jungwoo katakan.

Cocomelon~

Begitu suara pembuka yang terdengar saat Lucas menekan salah satu video yang berjudul 'cocomelon'

Sion yang sedang menangis perlahan tangisannya semakin mereda. Lantunan lagu anak-anak yang diputar oleh dado-nya menyita perhatian Sion.

“Meyon meyon!”

Benar saja apa yang Jungwoo katakan, lagu cocomelon membuat Sion berhenti menangis, anak kecil itu duduk sambil menggoyangkan badan seiring dengan nada yang terdengar. Cocomelon memang tidak pernah gagal membantu para orang tua menangani anak-anak yang menangis.

“Sayang ini harus disetel terus cocomelonnya?”

“Iya biar Sion ga nangis. Jaemin lagi repot urus Taeyong disana, kasian kalo dia tau anaknya nangis”

“Aku bisa mabok cocomelon ini sayang”

“Terima aja. Anak kecil jaman sekarang tontonannya cocomelon”

“Kalo abis ini aku suka cocomelon juga gimana?”

“Bagus dong Sion ada temennya. Aku mau keluar sebentar ya mas, jangan dimatiin cocomelonnya takut Sion nangis lagi. Nanti setelah aku pulang boleh deh dimatiin, aku yang jaga Sion”

“Lama ga keluarnya?”

“Satu jam doang”

“Satu jam lama sayang… ini aku bisa beneran mabok cocomelon”

“Gapapa lah sekali ini doang. Aku jalan dulu”

Lucas menghela nafas setelah Jungwoo pergi. Lucas hanya bisa berdoa semoga dalam satu jam ini ia tidak mabuk intro cocomelon.

Fin.


Jaemin yang sedang terlelap tiba-tiba menangis. Bayi mungil ini seolah dapat merasakan bahwa papinya akan segera memberi susu padanya.

“Pantes Jaemin nangis, kecium bau papinya. Gimana pijitnya dek?” tanya Seulgi— ibu Jungwoo, saat melihat Jungwoo keluar dari kamar.

“Berhasil ma. Susunya keluar”

“Baru sekali coba langsung keluar?”

“Iya ma. Jungwoo juga bingung, kata mommy beberapa kali pijet baru air susunya keluar”

“Hmmmm ini sih tangannya Lucas yang ajaib. Ayo Jaeminnya disusuin dulu”

Jungwoo mengambil Jaemin dari gendongan ibunya. Kemudian ia hendak kembali ke kamar namun dicegah oleh sang ibu.

“Mau kemana?”

“Nyusuin Jaemin ma”

“Nyusuin dimana?”

“Di kamar”

“Ngapain di kamar, disini aja. Sekalian mama ajarin cara nyusuin bayi”

“Oke…”

Jungwoo sedikit kebingungan, ia bahkan melirik Lucas, memberi tanda untuk membantunya. Sayang suaminya itu tak mengerti apa yang Jungwoo isyaratkan.

“Ayo dek disusuin Jaeminnya, malah liatin Lucas kamu. Kasian ini cucu oma belum minum asi ya sayang ya? Cup cup cup anak pinter mau minum susu”

Jungwoo membuka kancing piyamanya, sangat pelan sampai sang ibu gemas melihat apa yang anaknya lakukan.

“Jangan malu sama mama dek, kasian itu Jaemin nangis terus pasti haus”

“I-iya ma”

Kancing piyama pun berhasil Jungwoo buka sampai setengah dadanya. Dapat terlihat ada bercak merah di badan Jungwoo, dari leher, tulang selangka sampai ke area dada.

“Pijit plus plus ya? Pantes lama banget” ucap sang ibu melirik ke arah Jungwoo dan Lucas bergantian.

“Kayak anak ABG ketauan zina kalian. Udah nikah kok ya ga apa-apa, mama juga ngerti kok. Pasangan baru emang lagi kenceng-kencengnya urusan begituan. Yang penting jangan dilakuin pas lagi nyusuin anak, ntar putingnya banyak bakteri dari mulut bapaknya. Udah dibersihin putingnya?”

“Dibersihin?”

“Lucas pasti abis nyusu juga kan?”

“Ummm iya… Bersihinnya gimana ma? Jungwoo harus mandi dulu?”

“Ga perlu mandi, pake air anget juga cukup. Kamu tunggu sini biar mama ambil air anget. Cas ambil handuk kecil buat Jungwoo”

Setelah mengambil air hangat dan handuk kecil, sang ibu meminta Lucas untuk menggendong anak mereka terlebih dahulu.

“Ilmu penting nih ya dek. Kalo bapaknya abis nyentuh-nyentuh area dada apalagi sampe minta nyusu juga, ga boleh langsung nyusuin anak. Nanti banyak bakteri, kasian kan bayi masih rawan. Bersihinnya gampang tinggal pake air anget, terus kompres area putingnya. Dikompres sekitar sepuluh atau lima belas menitan, abis itu baru susuin bayinya. Nih kompres sendiri”

Jungwoo mengambil handuk basah yang sudah diperas oleh ibunya. Ia mengompres dada sebelah kanan, ditekan-tekan sedikit agar semua bagian areolanya terkompres dengan baik.

Sepuluh menit berlalu, Jaemin kembali dalam pelukan Jungwoo. Sang ibu mengajarkan bagaimana pelekatan bayi yang baik agar bayi dan Jungwoo merasa nyaman.

“Posisi nyusuin bayi yang baik begini dek, biar bayinya nyaman dan biar puting kamu ga lecet. Nanti pas Jaemin mulai tumbuh gigi baru berasa tuh sakit sedikit kena gigi bayi. Kalo ga tau cara nyusuin yang bener puting kamu bisa lecet”

“Ma yang sebelah kiri perlu Lucas bantu kompres?” tanya Lucas memotong pembicaraan ibu dan anak.

“Kompres dada sebaiknya dilakuin sendiri sama Jungwoo. Para suami kadang ada aja tingkahnya, bukan bantu sterilin puting malah ya tau sendiri gimana. Tapi mumpung mama ada disini boleh deh sekalian belajar cara kompres dada. Ga akan macem-macem juga kan kalo depan mama”

Lucas pun membantu mengompres dada Jungwoo yang lain. Sementara Jungwoo sibuk menepuk pelan badan Jaemin agar bayi mungil itu tertidur.

“Ih liat nyusunya pinter banget. Calon-calon kayak bapaknya ini kenceng nyusunya”

Lucas terkejut mendengar perkataan ibu mertuanya. Bagaimana beliau bisa tahu kalau Lucas suka 'menyusu'? Apalagi dada Jungwoo sangat nikmat untuk dicicipi.

“Jaemin minum susunya yang banyak ya, tapi jangan lukain nenennya papi. Jangan kayak daddynya Jaemin, nyusunya kenceng sampe bikin nenen oma sakit”

“Ternyata soal itu… kirain kenceng nyusu yang lain” Lucas terdengar lega karna perkataan ibu mertuanya.

“Hm? Kamu kenceng nyusu yang lain Cas?”

“Engga ma, bukan apa-apa”

“Inget ya kata mama. Ga boleh nyusuin anak setelah bapaknya, kalo bisa bapaknya ga usah nyusu sama sekali selama bayi masih ASI eksklusif. Tahan nafsunya sampe anak gedean dikit, umur segini dua sampe empat jam sekali bakal nyusu. Kalo dipake bapaknya nanti ga bisa gantian kanan-kiri buat nyusu. Inget Cas tahan nafsu”

Lucas hanya bisa mengangguk setuju, padahal dalam hatinya terasa berantakan. Bagaimana ia bisa menahan nafsunya saat badan suami cantiknya itu terlihat makin menggoda di matanya? Dokter berkata ia tak boleh menggauli Jungwoo paling tidak sampai satu setengah bulan setelah melahirkan. Kali ini ibu mertuanya sendiri meminta dirinya untuk tidak menyentuh dada Jungwoo.

. . . . .

Yang…?” ucap Lucas saat Jungwoo baru saja meletakkan bayi mereka di baby crib.

“Kenapa?”

“Masa aku ga boleh nyenyen :(—”

“— Kamu bolehin aku nyenyen kan yang?”

“Hmmm tergantung. Jaemin bakal minta nenen tiap dua sampe empat jam sekali. Kalo aku kecapean aku ga ada tenaga ladenin kamu. Kamu tega aku kecapean urus bayi masih harus ladenin hasrat kamu?”

“Terus aku nenennya kapan sayang :(”

“Kalo aku ga capek?”

“Kamu ga capeknya kapan kan aku ga tau…”

“Kita liat nanti deh. Kalo aku lagi ga capek, aku yang nawarin gimana?”

“Dua hari sekali ya nawarinnya?”

“Enak di kamu itu. Seminggu sekali cukup kan Cas?”

“Tiga hari sekali?”

“Aku kasih pilihan cuma seminggu sekali, kalo ga mau ya tunggu satu setengah bulan aja”

“Jangan dongggg. Yaudah aku ikut, seminggu sekali ya? Tapi kalo seminggu dua kali karna kamu yang nawarin boleh kan?”

“Iya boleh, tapi ga tiap minggu aku tawarin dua kali ya”

“Gapapa sayang aku ngikut aja kamu nawarinnya kapan”

“Deal ya begitu perjanjiannya”

“Berarti jatah nenen aku minggu ini belum kepake dong? Kan nenen yang tadi belum perjanjian heheheh”

“Iya iya. Nanti nenennya kalo mama udah pulang, jangan kayak tadi ketauan abis nenen kamu”

“Oke kita tunggu mama pulang. Ga sabar mau nyenyen 🤤”

Jungwoo tertawa kecil melihat perilaku suaminya yang seperti anak kecil jika sudah menyangkut urusan 'nenen'.

Fin.


Lucas menghela nafas saat melihat Jungwoo yang sedang menyiapkan makan malam mereka. Perlahan Lucas mendekat, memeluk Jungwoo dari belakang dan meletakkan keningnya di bahu Jungwoo.

ilustrasi

Jungwoo terkejut, suaminya itu sejak pulang bekerja tidak mengucap sepatah kata apapun pada dirinya.

“Mas—”

“Diem dulu. Aku mau kayak gini sebentar aja”

Dengan wajah kebingungan Jungwoo hanya bisa menurut apa kata Lucas. Tiga menit berlalu, posisi mereka masih tetap sama.

“Kamu lagi marah sama aku ya?”

“Hm” Lucas menjawab singkat

Jungwoo mengerti, ia baru teringat kalau suaminya itu selalu memeluk dirinya saat sedang marah, dan untuk kali ini Jungwoo merasa Lucas marah karna kacamata yang tak sengaja terbuang olehnya.

“Mas, ini mau sampe kapan?”

“Sampe marah aku ilang”

“Ilangnya kapan?”

“Ga tau”

“Aku pegel… Emang kamu ga pegel?”

Mendengar perkataan Jungwoo, Lucas duduk di kursi yang ada di dekatnya, lalu Lucas menarik badan Jungwoo dan Jungwoo pun duduk menyamping di pangkuan Lucas. Setelah itu Lucas kembali memeluk Jungwoo.

“Sayang… elus elus dong biar marah aku cepet ilang”

“Nanti aja abis makan malem. Ini belum selesai nyiapin makan malem masa kamu malah minta elus-elus?”

“Sekarang yang. Aku ga mau keliatan marah sama kamu di depan anak-anak”

“Yaudah sini sinii aku elus-elus kepalanya”

Jungwoo membalas pelukan Lucas dengan posisi satu tangan mengalung leher Lucas dan tangan lainnya membelai rambut Lucas.

ilustrasi 2

“Kacamata aku yang :(”

“Gapapa nanti beli lagi”

“Harganya mahal, lima juta”

“Hah kacamata doang lima juta?”

“Iya…”

“Kamu sih ga bilang ke aku, jadi ilang kan tuh. Kalo aku tau ga bakal aku buang kardusnya. Sayang banget kan lima juta melayang”

“Jangan dimarahin dong, kan aku yg lagi marah sama kamu”

“Iya maaf ya kacamatanya jadi ilang karna aku”

“Gapapa, aku juga salah ngumpetin kacamata baru biar ga ketauan kamu. Sekarang malah kebuang”

“Makanya lain kali tuh bilang, kualat kan. Gini gini aku lebih tua dari kamu, jadi kamu kualat sama aku” ucap Jungwoo meledek suaminya dengan sedikit tertawa

“Iya sayang ga lagi-lagi aku ngumpetin sesuatu dari kamu. Jangan dimarahin lagi :(”

“Iya iya ga dimarahin. Udah ah, aku mau siapin makan malem dulu ini”

“Masih mau peluk” ucap Lucas semakin merekatkan pelukannya. Jungwoo hanya bisa pasrah karna tenaga Lucas jauh lebih kuat.

. . .

Sementara itu Jaemin, Sungchan dan Jihan masih menunggu Jungwoo memanggil mereka untuk makan malam.

“Papi belum selesai ya kak? Adek laper :(”

“Iya nih udah 15 menit masa belum selesai” balas Sungchan

“Sebentar biar kakak liat dulu, mungkin papi butuh bantuan”

“Jangan lama-lama ya kaaakk. Adek lapeeerrrr :(”

“Iya, tunggu” Jaemin melangkah menuju ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, Jaemin melihat kedua orang tuanya sedang sibuk berpelukan.

'Mau makan malem malah pada pelukan… Pantes aja lama' batin Jaemin

Tanpa mengganggu aktivitas orang tuanya, Jaemin pergi ke dapur mengambil beberapa makanan yang belum dibawa Jungwoo ke meja makan.

“Permisi” ucap Jaemin saat dirinya melewati kursi yang diduduki kedua orang tuanya.

“Numpang naro makanan ya dad, pi. Anggep aja ga ada siapa-siapa. Beneran deh anggep aja angin lewat”

Jungwoo terkejut begitu mendengar suara anak sulungnya, namun Lucas tidak bergerak sedikitpun.

“Mas lepas”

“Sebentar lagi sayang”

“Ada kakak…”

“Biarin aja, sama anak sendiri ini”

“Dad, pi, bukannya kakak mau ganggu sesi pelukan kalian yaa tapi adek udah laper pengen makan”

“Tuh kan mas, kamu sih lama banget meluknya. Udahan ah, kasian pada laper itu”

“Ya Tuhan mau pelukan doang terganggu. Nanti malem lanjut lagi ya?”

“Iya nanti. Jangan dibahas”

“Cuddle?”

“Mas!! Dibilang jangan dibahas!”

'TMI macam apa ini 😃' batin Jaemin

“Sana panggil abang sama adek, ayo kita makan malem”

“Oke! Daddy sama papi tolong jaga jarak jangan pelukan lagi, nanti mata adek ternoda”

“Iya sana hus” ucap Lucas dengan gestur tangan seperti mengusir Jaemin

Jaemin pun memanggil kedua adiknya dan mereka makan malam bersama.

Fin.


Lucas menghela nafas saat melihat Jungwoo yang sedang menyiapkan makan malam mereka. Perlahan Lucas mendekat, memeluk Jungwoo dari belakang dan meletakkan keningnya di bahu Jungwoo.

![https://i.imgur.com/XbUaEGT.jpg] (ilustrasi. cr kairu321)

Jungwoo terkejut, suaminya itu sejak pulang bekerja tidak mengucap sepatah kata apapun pada dirinya.

“Mas—”

“Diem dulu. Aku mau kayak gini sebentar aja”

Dengan wajah kebingungan Jungwoo hanya bisa menurut apa kata Lucas. Tiga menit berlalu, posisi mereka masih tetap sama.

“Kamu lagi marah sama aku ya?”

“Hm” Lucas menjawab singkat.

Jungwoo mengerti, ia baru teringat kalau suaminya itu selalu memeluk dirinya saat sedang marah.

“Mas, ini mau sampe kapan?”

“Sampe marah aku ilang”

“Ilangnya kapan?”

“Ga tau”

“Aku pegel…”

Mendengar perkataan Jungwoo, Lucas duduk di kursi yang ada di dekatnya, lalu Lucas menarik badan Jungwoo dan Jungwoo pun duduk menyamping di pangkuan Lucas. Setelah itu Lucas kembali memeluk Jungwoo.

![https://i.imgur.com/qKjoxhz.jpg] (ilustrasi. cr wattpad)

“Sayang… elus elus dong biar marah aku cepet ilang”

“Nanti aja ya abis makan malem? Ini belum selesai nyiapin makan malem masa kamu malah minta elus-elus?”

“Sekarang yang. Aku ga mau keliatan marah sama kamu di depan anak-anak”

“Yaudah sini sinii aku elus-elus kepalanya”

Jungwoo membalas pelukan Lucas dengan posisi satu tangan mengalung leher Lucas dan tangan lainnya membelai rambut Lucas.

“Kacamata aku yang :(”

“Gapapa nanti beli lagi”

“Harganya mahal, lima juta”

“Hah kacamata doang lima juta?”

“Iya…”

“Kamu sih ga bilang ke aku, jadi ilang kan tuh. Kalo aku tau ga bakal aku buang kardusnya. Sayang banget kan lima juta melayang”

“Jangan dimarahin dong, kan aku yg lagi marah sama kamu”

“Iya iya maaf ya kacamatanya jadi ilang karna aku”

“Gapapa, aku juga salah ngumpetin kacamata baru biar ga ketauan kamu. Sekarang malah kebuang”

“Makanya lain kali tuh bilang, kualat kan. Gini gini aku lebih tua dari kamu, jadi kamu kualat sama aku” ucap Jungwoo meledek suaminya dengan sedikit tertawa

“Iya sayang ga lagi-lagi aku ngumpetin sesuatu dari kamu. Jangan dimarahin lagi :(”

“Iya iya ga dimarahin. Udah ah, aku mau siapin makan malem dulu ini”

“Masih mau peluk” ucap Lucas semakin merekatkan pelukannya. Jungwoo hanya bisa pasrah karna tenaga Lucas jauh lebih kuat.

. . .

Sementara itu Jaemin, Sungchan dan Jihan masih menunggu Jungwoo memanggil mereka untuk makan malam.

“Papi belum selesai ya kak? Adek laper :(”

“Iya nih udah 15 menit masa belum selesai” balas Sungchan

“Sebentar biar kakak liat dulu, mungkin papi butuh bantuan”

“Jangan lama-lama ya kaaakk. Adek lapeeerrrr :(”

“Iya, tunggu” Jaemin melangkah menuju ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, Jaemin melihat kedua orang tuanya sedang sibuk berpelukan.

'Mau makan malem malah pada pelukan… Pantes aja lama' batin Jaemin

Tanpa mengganggu aktivitas orang tuanya, Jaemin pergi ke dapur mengambil beberapa makanan yang belum dibawa Jungwoo ke meja makan.

“Permisi” ucap Jaemin saat dirinya melewati kursi yang diduduki kedua orang tuanya.

“Numpang naro makanan ya dad, pi. Anggep aja ga ada siapa-siapa. Beneran deh anggep aja angin lewat”

Jungwoo terkejut begitu mendengar suara anak sulungnya, namun Lucas tidak bergerak sedikitpun.

“Mas lepas”

“Sebentar lagi sayang”

“Ada kakak…”

“Biarin aja, sama anak sendiri ini”

“Dad, pi, bukannya kakak mau ganggu sesi pelukan kalian yaa tapi adek udah laper pengen makan”

“Tuh kan mas, kamu sih lama banget meluknya. Udahan ah, kasian pada laper itu”

“Ya Tuhan mau pelukan doang terganggu. Nanti malem lanjut lagi ya?”

“Iya nanti. Jangan dibahas”

“Cuddle?”

“Mas!! Dibilang jangan dibahas!”

'TMI macam apa ini 😃' batin Jaemin

“Sana panggil abang sama adek, ayo kita makan malem”

“Oke! Daddy sama papi tolong jaga jarak jangan pelukan lagi, nanti mata adek ternoda”

“Iya sana hus” ucap Lucas dengan gestur tangan seperti mengusir Jaemin

Jaemin pun memanggil kedua adiknya dan mereka makan malam bersama.

Fin.

Image description

“Ayo kalian baikan!”

Sejak tadi Yujin terus membujuk kedua sahabatnya untuk berbaikan. Sudah hampir setengah jam dirinya dan Jihoon tiba di rumah Sungchan, tapi mereka belum bermain apapun. Bagaimana mereka mau bermain kalau mereka seperti orang yang bermusuhan?

Tak lama kemudian Jungwoo datang bersama Jihan dalam gendongannya.

“Eh kenapa ini kok masih belum main juga?”

“Ini Uchan sama Jiun marahan papi Woo”

“Abang sama Jihoon kenapa kok marahan? Kalian kan sahabat, masa diem-dieman kayak gini?”

Jungwoo tak mendapat jawaban dari Sungchan ataupun Jihoon.

“Abang, kasih tau papi ada apa?”

“Abang…” Jungwoo yang awalnya berdiri pun duduk di samping Sungchan, menyamakan tingginya dengan sang anak.

“Jiun panggil adek Jian papi…”

“Maksudnya gimana? Papi ga ngerti sayang”

“Adek itu namanya Jihan, tapi Jiun manggil adek pake panggilan Jian”

“Terus kalo Jihoon manggil adek Jian kenapa?”

Sungchan kembali terdiam.

“Kenapa abang? Bukannya nama abang Sungchan, dipanggilnya Uchan sama temen-temen abang. Terus Jihoon dipanggilnya Jiun, dan Yujin dipanggilnya Ujin. Terus kenapa kalo Jihoon panggil adek dengan sebutan Jian?”

“Abang engga suka…” ucap Sungchan dengan nada yang sangat kecil sampai tidak terdengar di telinga Jungwoo.

“Apa? Papi ga denger abang bilang apa”

“Abang engga suka Jiun panggil adek Jian. Soalnya Jiun bilang itu panggilan sayang Jiun ke adek”

Rasanya Jungwoo ingin tertawa mendengar alasan Sungchan marah pada Jihoon. Anak keduanya itu memang tsundere, meski setiap saat selalu menjahili adik perempuannya, tapi dia tidak rela jika ada anak lain yang menyayangi adiknya lebih dari dirinya.

“Yaudah gini, adek mau ga dipanggil Jian?” tanya Jungwoo pada putri kecilnya.

Jihan menggeleng, tandanya ia tidak mau dipanggil dengan sebutan Jian.

“Nda mau, abang nda suka. Maunya adek”

Sungchan terlihat lebih bersemangat saat mendengar kalimat adiknya. Jika bisa, Sungchan akan meledek Jihoon saat itu juga.

“Tuh, denger kan adek bilang apa? Adek maunya tetep dipanggil adek, ga mau dipanggil Jian. Jadi Jihoon manggilnya adek ya”

“Sekarang abang sama Jihoon ayo baikan”

Kedua tangan Jungwoo meraih tangan Sungchan dan Jihoon. Kedua anak laki-laki itu akhirnya berbaikan dengan bantuan Jungwoo.

“Udah ya ga ada yang marahan lagi?”

“Iya papi”

“Yaudah sekarang main gih di kamar abang. Sekalian ajak adek”

“Adek ayo sama kakak Ujiiinnnnn”

Yujin terlihat sangat bersemangat. Anak perempuan itu menggendong Jihan walau badan mereka tidak berbeda jauh. Sungchan dan Jihoon kemudian mengikuti Yujin, lalu mereka bermain bersama.

Fin.

🔞🔞🔞

“Yuta-san jangan digigit nennya— sakithhh ahh Yuta-san!”

“Fuck me daddy! Oh fuck yeshh— ngghhh daddyhh faster— ahh!”

Johnny, Ten, Yuta dan Winwin sedang diselimuti nafsu. Kemenangan tim basket Wayversity membawa keberuntungan untuk Johnny dan Yuta. Sehari setelah prosesi kemenangan, mereka berenam pergi ke rumah Johnny untuk bersenang-senang. Ya, berenam. Mereka berhasil membujuk Jungwoo untuk datang dengan bantuan Winwin.

Johnny dan Yuta mendapat kenikmatan, sedangkan Lucas mendapat kesedihan. Jungwoo, kekasihnya, tidak mau bicara dengannya. Laki-laki manis itu marah karna tim Neoversity kalah, terlebih lagi mereka kalah karna ulah Johnny dan Yuta.

“Jungwoo udah dong marahnya…”

“Woo…”

“Maaf aku ga bisa ngelakuin apa-apa kan kalah suara sama Johnny Yuta”

“Cantikku~ Jangan cemberut terus nanti cantiknya ilang”

“Jungwoo…”

Lucas terus bermonolog, Jungwoo sama sekali tidak menjawab dirinya.

“Ini aku beliin marshmello kesukaan kamu. Jangan ngambek lagi ya?”

“Jungwoo…”

“Yaudah deh kalo kamu ga mau maafin aku”

Lucas menyerah, dirinya sudah melakukan segala cara untuk meluluhkan hati Jungwoo tapi tetap tidak berhasil.

“Sedih banget hidup jadi seorang Lucas. Udah didiemin pacar, ditambah denger suara berdosa, ini Alex bangun juga ga ada yang nidurin. Malangnya hidupku~”

Minseok (Foto anak laki-laki Jungwoo, bernama Lee Minseok)


Hari ini adalah hari dimana Mark memiliki acara penting di kantor bersama seluruh koleganya. Mark membawa Jungwoo dan Minseok bersamanya.

Minseok merasa tempat yang ia dan orang tuanya datangi sangat ramai, anak kecil itu memutuskan untuk bermain di taman terdekat, tentu saja dengan izin kedua orang tuanya. Minseok terlalu senang bermain dan berlarian kesana kemari sampai dirinya tak melihat ada seseorang di depannya.

“Maaf om”

Minseok menatap Luke dengan raut wajah sedih, ia merasa bersalah telah menabrak orang saat sedang berlarian.

“Gapapa dek, lain kali hati-hati ya”

“Iya om!”

“Mama sama papanya mana? Kok main sendiri?”

“Yayah dan papah ada di dalam om. Minseok lelah, di dalam ramai. Minseok mau main saja disini”

'Ah dia anak laki-laki submisif…' batin Luke.

“Yayah sama papah di dalem dan Minseok sendirian disini? Gimana kalo om temenin Minseok main sampe yayah sama papah dateng?”

“Ayo om! Minseok mau”

Mata Luke tak bisa berpaling memandang wajah Minseok. Anak kecil yang baru ia temui itu terlihat mirip dengannya. Ia seperti sedang melihat dirinya sendiri sedang bermain.

Luke bermain dengan Minseok tanpa mengenal waktu. Tak terasa mereka sudah bermain selama satu jam, tepat dengan selesainya acara yang ada disana.

Dua sosok lelaki memakai setelan jas menghampiri mereka, memanggil-manggil nama sang anak.

markwoo

“Minseok ayo kita pulang nak”

“Papahhh! Minseok disini!”

Lelaki submisif itu tersenyum dan mempercepat langkahnya.

“Om, itu yayah sama papah!”

“Yayah sama papahnya Minseok udah selesai?”

“Iyah itu mereka om”

“Minseok main sama siapa na—” ucapan Jungwoo terhenti, senyumnya memudar, langkahnya melambat.

“Papaaaaah!” Minseok kecil berlari memeluk Jungwoo.

“Papahhhh Minseok main sama om itu. Omnya baik pah, dia mau temani Minseok”

“Papah? Papah kenapa diam?”

Jungwoo dan Luke sejak tadi hanya terdiam dan saling memandang. Baru tadi pagi ia berkata bahwa dirinya merindukan Jungwoo, dan malam ini Tuhan mempertemukan dirinya dengan Jungwoo

“Are you okay baby?”

“Ah… Gapapa mas, I'm okay”

“Yayah yayah, sejak tadi Minseok main sama om itu. Omnya baik mau temani Minseok” Minseok terlihat antusias menceritakan teman barunya, om Luke.

“Minseok udah ucapin terima kasih ke omnya?”

“Belum yah…”

“Kalo gitu Minseok bilang makasih ke omnya dulu”

“Iya ayo yah”

“Om terima kasih sudah temani Minseok main”

“Terima kasih kembali Minseok”

Mark dan Jungwoo juga bersalaman dengan Luke, sebagai tanda ucapan terima kasih mereka karna telah menjaga Minseok.

“Apa kabar Woo?”

“Baik” Jungwoo menjawab singkat, ia tak mau berurusan lagi dengan laki-laki yang memintanya untuk menggugurkan anaknya.

“Kalian saling kenal?” tanya Mark

“Temen lama mas” jawab Jungwoo singkat

“Minseok… Anak kalian?”

“Iya Minseok anak kami—”

“Mas ayo pulang” Jungwoo terlihat tidak tenang, ia memotong kalimat Mark sebelum suaminya itu menyelesaikan perkataannya. Jungwoo hanya ingin pulang, ia tidak ingin berlama-lama di dekat orang yang pernah menyakiti dirinya dan anak semata wayangnya.

“Ah iya ayo kita pulang. Sekali lagi terima kasih ya mas Luke. Kami pamit dulu”

Luke hanya bisa memandang Jungwoo, Mark dan Minseok yang semakin lama semakin jauh darinya.

'Kalo tujuh tahun lalu gue tanggung jawab dan ga nyuruh Jungwoo buat gugurin kandungannya, mungkin saat ini gue yang ada di samping Jungwoo. Mungkin gue dan Jungwoo akan punya keluarga kecil kayak mereka'

Kue dari Lulu


“Kakaaakkkkk” terdengar suara anak kecil terus berteriak di depan rumah Jungwoo.

“Kakak selamat ulang tahun!” ucap Lulu saat Jungwoo berada di hadapannya.

“Ini kue buat kakak!”

“Wah kuenya cantik, makasih ya Lulu”

“Maafin Lulu ya kak karna Lulu belum punya uang buat beli kue yang beneran buat kakak”

Anak kecil itu cemberut, ia sedih karna dirinya masih terlalu kecil untuk memiliki uang sendiri dan memberikan kue untuk kakak yang ia sayang itu. Yang ia mampu saat ini membuat kue dari kain flanel, tentunya dengan dibantu oleh sang ibu.

Jungwoo menyamakan tingginya dengan adik kecilnya, dan mengusap rambut Lulu.

“Lulu jangan sedih dong, kakak suka kok sama kue yang Lulu kasih buat kakak. Makasih ya”

“Sama-sama kakaaaaak!” balas Lulu sambil memeluk Jungwoo.

“Kakak ayo tiup lilin. Ceritanya ada lilin nyala di kuenya”

“Iya ayo kita tiup lilin di dalem ya, sekalian kakak kasih kue buat Lulu”

“Hm! Oke!”